JUMAT. 4 Januari 2013
Alhamdulillah di pagi yang cerah dan semoga penuh berkah ini, saya sebagai manusia yang tiada punya kuasa apa-apa ini mengucapkan puji syukur kepadaMu ya Allah sang Maha Pemurah lagi maha Pengasih dan Penyayang atas segala apa yang telah engkau berikan kepada hambamu ini, termasuk titipan burung Murai batu si BETY ini, dan apa-apa yang telah aku lakukan kepadanya. Semoga saya tidak termasuk golongan orang-orang yg kufur akan nikmatMu.
Sebagai wujud rasa syukur kepadaMu aku ingin berbagi cerita kepada temen-temen pecinta Burung Murai batu umumnya dan para breeder khususnya.
Bety merupakan murai batu yang saya dapatkan dari kota Medan. Saya mendapatkan Bety 3 th yang lalu dari paman saya, yang kebetulan dia berlayar dan singgah di pelabuhan Belawan Medan. Beliau membeli 2 ekor burung murai batu umur 2 bulan dari seorang anak / pemuda yang ada di kota medan, menurut beliu burung tersebut hasil memanen sebuah sarang Murai Batu di sebuah hutan di Kota Medan. Beliau tertarik karena ke-agresifan burung tersebut, maklum paman saya kurang begitu mengeri banyak tentang burung Murai. Ketika mau menawar, tiba – ada seorang pembli yang juga tertarik melihat keagresifan burung anakan tersebut. Akhirnya paman saya berebutan tawar menawar dengan salah satu pembeli tadi. Akhirnya paman saya brhasil mendapatkan ke dua burung anakan itu dengan harga 1,2 jt. Setelah 1 bulan paman saya pulang ke Madura dengan membawa ke dua burung tersebut. Tanpa mengetahui jenis kelamin dari kedua murai tersebut.
Pada waktu itu saya belum mengetahui kalau paman saya suka dan mempunyai burung Murai batu. Pada akhirnya saya main ke rumah nenek saya yang tidak jauh dari rumah paman saya. Saya terkejut mendengar suara ocehan dari burung murai, saya sempat bertanya-tanya “siapa yang memelihara burung murai ?”. kemudian saya mencari asal suara burung murai tersebut. Saya sempat kaget karena asal bunyi suara burung tersebut ada di rumah paman saya. Saya memberanikan diri untuk bertanya. Ternyata yang menemui saya adalah istri dari paman saya. Ternyata benar, burung tersebut memang benar milik paman saya. Kemudian saya bertanya “ Boleh saya beli burung Murainya ?”, Istri paman saya menjawab “ Jangan, katanya Burungnya tidak dijual, karena suaminya bepesan untuk tidak menjual burung Murai itu, dikarenkan beliau sudah lama ingin memelihara burung murai. Karena saya sudah terlanjur suka dengan burung itu, saya meminta nomor telfon paman saya. Selang beberapa hari saya hubungi paman saya dan merayunya supaya burung murai anakannya boleh saya beli, ternyata jawabannya Tidak. Selang beberapa minggu saya hubungi lagi paman saya, mungkin karena seringnya saya merayu, akhirnya burung tersebut diperbolehkan untuk saya beli 1 ekor. Tetapi harus tunggu beliau pulang dari kapal. Mungkin berjarak dari 1 bulanan beliau pulang, saya langsung maen ke rumah pamanku. Setelah bertemu ternyata paman saya berubah pikiran untuk tidak melepas burung murainya, katanya eman. Saya tidak berhenti sampai disitu, saya tetap menginginkan burung itu. Mungkin karena kasihan melihat saya yang sudah terlanjur suka, akhirnya paman saya memberikan burung murainya itu dengan harga 1jt satu ekor. Katanya burung itu waktu berada di atas kapal sudah ditawar 1.5jt satu ekor oleh temannya asal Kota malang. Namun paman saya tidak mau menjualnya. Akhirnya saya mendapatkan brung tersebut dengan harga 1jt, pada waktu itu burung murai tersebut berumur 5 bulan. Setelah saya pelihara ternyata burung tersebut Betina.
Bety, itu nama yang saya berikan untuk burung murai itu. Walaupun betina suara dan keagresifan serta mentalnya tidak diragukan lagi. Suara keras, mental saya acungin jempol panjang ekor 13cm. Setiap mendengar suara burung, Bety selalu membalas suara dengan tembakan yang keras, memang sungguh dahsyat suara yang dikeluarkannya. Kemudian timbul keinginan untuk menangkarkanya. Maklum pada waktu itu sampai sekarang saya belum bisa untuk mendapatkan pejantan karena terbentur dengan dana. Selang 2 tahun saya membeli burung pejantan untuk Bety. Akhirnya saya mendapatkan dari seorang pedagan di Surabaya kebetulan pedagang tersebut adalah teman dari teman saya. Setelah saya survey burungnya lumayan bagus, ekor panjang sekitar 22cm. Saya mendapatkan burung itu dengan harga 2.3jt. kondisi burung waktu itu berumur 13 bulan atau 1,1 th.
SUMBING
Sumbing, itu nama dari pejantan yang saya beli. Sumbing adalah nama yang sesui dengan fisik dari burung tersebut, paruhnya tiadak rapat antara paruh atas dengan paruh yang bawah. Tetapi isian dari si Sumbing sangat banyak, volume keras dan tebal. Selang 1 bulan saya menjodohkan antara si Sumbing dengan Bety. Ternyata membutuhkan waktu 2 minggu untuk menjodohkannya. Setelah saya masukkan ke kandang ternyata Bety lebih agresif, sedangkan si Sumbing kurang meresponnya. Mungkin karena beda umur, sehingga Sumbing belum cukup birahi. Saya mencoba untuk memberikan Vitalur untuk perangsang birahi dengan cara menyuntikkan Vitalur ke tubuh jangkrik dan ditambah Minyak ikan. Setelah 3 hari saya melihat ada perubahan terhadap si Sumbing. Dia malah tidak nafsu makan, setelah saya amati jangkrik yang saya berikan dibuangnya. Kawatir dengan kondisi tersebut, saya memberhentikan pemberian jangkrik yang saya injeck dengan Obat peransang birahi. Saya kembalikan lagi ke porsi semula, ternyata sudah terlambat, ke esokan harinya sumbing sudah meninggal, Bulan Juli hari pertama Puasa tahun 2012 kemaren, istri saya melihat si Sumbing meninggal ketika istri saya mau memberi makan si Sumbing di kandang. Istri saya langsung menangis kaget melihat si Sumbing tergeletak kaku di dalam bak mandinya. Saya juga langsung terkejut tidak percaya dengan kematian si Sumbing. Saya berpasrahkan diri kepada Tuhan waktu itu..saya merasa berdosa karena secara tidak langsung, penyebab kematian si Sumbing dikarenakan ulah saya sendiri. Mungkin juga memang masih belum jodoh si Sumbing saya pelihara.
Alhamdulillah di pagi yang cerah dan semoga penuh berkah ini, saya sebagai manusia yang tiada punya kuasa apa-apa ini mengucapkan puji syukur kepadaMu ya Allah sang Maha Pemurah lagi maha Pengasih dan Penyayang atas segala apa yang telah engkau berikan kepada hambamu ini, termasuk titipan burung Murai batu si BETY ini, dan apa-apa yang telah aku lakukan kepadanya. Semoga saya tidak termasuk golongan orang-orang yg kufur akan nikmatMu.
Sebagai wujud rasa syukur kepadaMu aku ingin berbagi cerita kepada temen-temen pecinta Burung Murai batu umumnya dan para breeder khususnya.
Bety merupakan murai batu yang saya dapatkan dari kota Medan. Saya mendapatkan Bety 3 th yang lalu dari paman saya, yang kebetulan dia berlayar dan singgah di pelabuhan Belawan Medan. Beliau membeli 2 ekor burung murai batu umur 2 bulan dari seorang anak / pemuda yang ada di kota medan, menurut beliu burung tersebut hasil memanen sebuah sarang Murai Batu di sebuah hutan di Kota Medan. Beliau tertarik karena ke-agresifan burung tersebut, maklum paman saya kurang begitu mengeri banyak tentang burung Murai. Ketika mau menawar, tiba – ada seorang pembli yang juga tertarik melihat keagresifan burung anakan tersebut. Akhirnya paman saya berebutan tawar menawar dengan salah satu pembeli tadi. Akhirnya paman saya brhasil mendapatkan ke dua burung anakan itu dengan harga 1,2 jt. Setelah 1 bulan paman saya pulang ke Madura dengan membawa ke dua burung tersebut. Tanpa mengetahui jenis kelamin dari kedua murai tersebut.
Pada waktu itu saya belum mengetahui kalau paman saya suka dan mempunyai burung Murai batu. Pada akhirnya saya main ke rumah nenek saya yang tidak jauh dari rumah paman saya. Saya terkejut mendengar suara ocehan dari burung murai, saya sempat bertanya-tanya “siapa yang memelihara burung murai ?”. kemudian saya mencari asal suara burung murai tersebut. Saya sempat kaget karena asal bunyi suara burung tersebut ada di rumah paman saya. Saya memberanikan diri untuk bertanya. Ternyata yang menemui saya adalah istri dari paman saya. Ternyata benar, burung tersebut memang benar milik paman saya. Kemudian saya bertanya “ Boleh saya beli burung Murainya ?”, Istri paman saya menjawab “ Jangan, katanya Burungnya tidak dijual, karena suaminya bepesan untuk tidak menjual burung Murai itu, dikarenkan beliau sudah lama ingin memelihara burung murai. Karena saya sudah terlanjur suka dengan burung itu, saya meminta nomor telfon paman saya. Selang beberapa hari saya hubungi paman saya dan merayunya supaya burung murai anakannya boleh saya beli, ternyata jawabannya Tidak. Selang beberapa minggu saya hubungi lagi paman saya, mungkin karena seringnya saya merayu, akhirnya burung tersebut diperbolehkan untuk saya beli 1 ekor. Tetapi harus tunggu beliau pulang dari kapal. Mungkin berjarak dari 1 bulanan beliau pulang, saya langsung maen ke rumah pamanku. Setelah bertemu ternyata paman saya berubah pikiran untuk tidak melepas burung murainya, katanya eman. Saya tidak berhenti sampai disitu, saya tetap menginginkan burung itu. Mungkin karena kasihan melihat saya yang sudah terlanjur suka, akhirnya paman saya memberikan burung murainya itu dengan harga 1jt satu ekor. Katanya burung itu waktu berada di atas kapal sudah ditawar 1.5jt satu ekor oleh temannya asal Kota malang. Namun paman saya tidak mau menjualnya. Akhirnya saya mendapatkan brung tersebut dengan harga 1jt, pada waktu itu burung murai tersebut berumur 5 bulan. Setelah saya pelihara ternyata burung tersebut Betina.
Bety, itu nama yang saya berikan untuk burung murai itu. Walaupun betina suara dan keagresifan serta mentalnya tidak diragukan lagi. Suara keras, mental saya acungin jempol panjang ekor 13cm. Setiap mendengar suara burung, Bety selalu membalas suara dengan tembakan yang keras, memang sungguh dahsyat suara yang dikeluarkannya. Kemudian timbul keinginan untuk menangkarkanya. Maklum pada waktu itu sampai sekarang saya belum bisa untuk mendapatkan pejantan karena terbentur dengan dana. Selang 2 tahun saya membeli burung pejantan untuk Bety. Akhirnya saya mendapatkan dari seorang pedagan di Surabaya kebetulan pedagang tersebut adalah teman dari teman saya. Setelah saya survey burungnya lumayan bagus, ekor panjang sekitar 22cm. Saya mendapatkan burung itu dengan harga 2.3jt. kondisi burung waktu itu berumur 13 bulan atau 1,1 th.
SUMBING
Sumbing, itu nama dari pejantan yang saya beli. Sumbing adalah nama yang sesui dengan fisik dari burung tersebut, paruhnya tiadak rapat antara paruh atas dengan paruh yang bawah. Tetapi isian dari si Sumbing sangat banyak, volume keras dan tebal. Selang 1 bulan saya menjodohkan antara si Sumbing dengan Bety. Ternyata membutuhkan waktu 2 minggu untuk menjodohkannya. Setelah saya masukkan ke kandang ternyata Bety lebih agresif, sedangkan si Sumbing kurang meresponnya. Mungkin karena beda umur, sehingga Sumbing belum cukup birahi. Saya mencoba untuk memberikan Vitalur untuk perangsang birahi dengan cara menyuntikkan Vitalur ke tubuh jangkrik dan ditambah Minyak ikan. Setelah 3 hari saya melihat ada perubahan terhadap si Sumbing. Dia malah tidak nafsu makan, setelah saya amati jangkrik yang saya berikan dibuangnya. Kawatir dengan kondisi tersebut, saya memberhentikan pemberian jangkrik yang saya injeck dengan Obat peransang birahi. Saya kembalikan lagi ke porsi semula, ternyata sudah terlambat, ke esokan harinya sumbing sudah meninggal, Bulan Juli hari pertama Puasa tahun 2012 kemaren, istri saya melihat si Sumbing meninggal ketika istri saya mau memberi makan si Sumbing di kandang. Istri saya langsung menangis kaget melihat si Sumbing tergeletak kaku di dalam bak mandinya. Saya juga langsung terkejut tidak percaya dengan kematian si Sumbing. Saya berpasrahkan diri kepada Tuhan waktu itu..saya merasa berdosa karena secara tidak langsung, penyebab kematian si Sumbing dikarenakan ulah saya sendiri. Mungkin juga memang masih belum jodoh si Sumbing saya pelihara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar